Rabu, 02 November 2011
Tatung, Kedamaian di Tanah Seribu Kelenteng
Perayaan Cap Goh Meh di Singkawang, Kalimantan Barat, biasanya ditandai dengan arak-arakan para Tatung menuju vihara atau kelenteng. Perayaan ini dipercaya telah berlangsung turun temurun sejak 200 tahun yang lalu. Dalam dunia spiritual dan ilmu pengobatan etnis Tionghoa, Tatung atau Louya, diartikan sebagai “orang pintar”. Selama arak-arakan menuju vihara, para Tatung berada di atas tandu, yang beralaskan pedang tajam atau paku tajam seraya memamerkan kekebalan tubuh mereka.
Para Tatung ini menjadikan tubuh dan jiwa mereka seibarat medium atau perantara untuk berkomunikasi dengan roh leluhur atau para dewa. Dengan menggunakan Mantra dan Mudra tertentu, roh dewa dipanggil ke muka altar untuk kemudian akan memasuki raga para Tatung. Pemanggilan para Dewa atau roh leluhur ini biasa dilakukan dengan alasan-alasan dan kepentingan tertentu, misalnya untuk melakukan kegiatan pengobatan atau meminta nasehat yang dipandang perlu.
Sebagai wujud eksistensi terhadap perayaan Cap Go Meh, mereka diharuskan menggumpulkan dana dari satu rumah ke rumah lainnya. Tentu saja mereka yang bertugas mendatangi tiap-tiap rumah akan menutup tubuh mereka dengan kostum naga. Salah seorang penduduk lokal yang tampak dalam trailer video ini bernama Ajung. Dia adalah seorang Tatung, demikian pula kelima anaknya. Mereka adalah gambaran dari keluarga sederhana yang percaya bahwa menjadi Tatung adalah takdir hidup yang harus mereka tempuh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar